Gampong Baet pada mulanya adalah daratan dimana pada saat itu digunakan sebagai alternatif pusat jalur perindustrian oleh pihak Belanda untuk menghidupkan perekonomian masyarakat yang lebih maju. Namun seiring dengan perkembangan waktu daratan ini sebahagiaannya menjadi sungai yang kemudian di manfaatkan menjadi area tambak udang,ikan,kepiting, dan tempat pengolahan garam tradisional. Nama gampong Baet pertama kali dicetuskan oleh seorang tokoh masyarakat kharismatik yang bernama Teuku Baet Puntung yang wafat pada tahun 1928. Gampong Baet sebelumnya memiliki lima dusun yang dahulunya berdiri sendiri yang akhirnya bersatu menjadi Gampong Baet sampai saat ini.